9/01/2025

Pentingnya asesmen dalam pembelajaran: Teknik asesmen modern

Dalam tulisan kali ini, kita akan membahas tentang pentingnya asesmen dalam pembelajaran. Bacaan kali ini sangat cocok dibaca oleh para pendidik di setiap jenjang pendidikan dan instruktur pelatihan. Ada tiga hal kunci dalam pembahasan kali ini:

1. Memahami asesmen, mendefinisikan asesmen dan pentingnya dalam pembelajaran

2. Historis asesmen, meninjau sejarah singkat praktik asesmen pendidikan dan membahas teknik asesmen modern

3. Implementasi asesmen, mengkaji pengalaman penulis sebagai pendidik terkait asesmen 

Pada pembahasan kali ini, kita menggunakan buku Green dan Johnson (2009) chapter 1 yang berjudul  "Why is assessment essential?". Sesuai dengan judul chapter-nya, ini menjadi fokus pertanyaan dalam pembahasan kali ini dan saya melempar pertanyaan ini kepada para pendidik dan instruktur, "apa arti asesmen bagi anda?". 

Dari chapter ini, kita akan membahas perbedaan mendasar antara tujuan kinerja (performance goals) dan tujuan penguasaan (mastery goals) dalam konteks pendidikan. Selain itu, kita juga akan mengkaji histori praktik asesmen dalam pembelajaran, dan bagaimana model asesmen modern mendukung keyakinan bahwa semua siswa dapat belajar dan berkembang.


Pentingnya asesmen dalam pembelajaran

Dalam bukunya, Green dan Johnson (2019) menjelaskan bahwa asesmen bukan hanya nilai dari hasil tes tetapi sebagai alat instruksional yang digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, menumbuhkan kemandirian, dan melatih siswa untuk berpikir kritis. Lebih spesifiknya, asesmen itu seperti rangkaian yang saling terkait terutama digunakan untuk mengetahui apa yang siswa pahami dan lakukan sebelum pembelajaran, selama proses pembelajaran, dan setelah pembelajaran selesai. 

Key point: guru perlu benar-benar memahami asesmen sebab asesmen yang baik adalah penilaian yang melihat secara keseluruhan kondisi siswa dari sebelum hingga pembelajaran selesai.

Green dan Johnson (2019) menekankan bahwa asesmen yang baik dapat mengarah pada pembentukan nilai-nilai demokrasi seperti kesetaraan dalam kesempatan belajar dan mendorong siswa untuk berpikir kritis. Mari kita bahas kedua hal ini.

1. Kesetaraan dalam kesempatan belajar

Akses yang setara ke kesempatan belajar penekanannya bukan hanya pada "semua siswa telah menyelesaikan tugasnya" kemudian mereka diberi nilai, tetapi penekanannya pada "kepekaan pada kebutuhan siswa". Kita tahu bahwa kesenjangan pencapaian (achievement gap) itu ada sejak awal siswa memulai sekolah. Kesenjangan ini dapat berasal dari faktor sosial-ekonomi dan latar belakang siswa. Kesenjangan yang sumbernya dari siswa memang menjadi tantangan tersendiri dan mungkin sulit untuk diubah. Namun, dengan asesmen yang baik, bukan tidak mungkin guru dapat memaksimalkan pembelajaran melalui asesmen yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

Key point: Penting untuk guru melakukan asesmen yang peka terhadap kebutuhan siswa. Melakukan asesmen sesuai dengan kebutuhan siswa memang lah tidak mudah, namun ini sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai pendidik untuk memberikan yang terbaik agar siswa dapat termotivasi untuk belajar dan berkembang. Semangaat buat para guru ^^

2. Membantu siswa berpikir kritis

Jika asesmen hanya terpaku pada pengujian definisi maka siswa hanya belajar tentang apa yang ada di tes saja sehingga keterampilan berpikir kritis mereka tidak terbangun. Yang seharusnya guru lakukan adalah merancang soal yang dapat mendorong siswa untuk memiliki keterampilan berpikir kritis seperti soal-soal yang mengarah pada analisis, penalaran, dan pengambilan keputusan. 


Sejarah singkat praktik asesmen pendidikan dan teknik asesmen modern

Praktik asesmen pendidikan

Berdasarkan historisnya, asesmen model lama dikenal dengan model "sorting" yakni mengelompokkan atau membedakan siswa yang cerdas dan yang tidak sehingga model ini mengarah pada tujuan kinerja (performance goals). Model ini berfokus pada siswa yang pintar, perbandingan sosial, dan adanya keyakinan bahwa kemampuan siswa itu tidak bisa diubah/fixed. Sedangkan untuk model modern saat ini, model asesmen yang direkomendasikan yakni mengarah pada tujuan penguasaan (mastery goals). Model ini mengarahkan siswa untuk memiliki pemahaman, perkembangan diri, dan kepercayaan bahwa kemampuan dapat ditingkatkan.

Berdasarkan kedua model tersebut, perbedaan asesmen akan menghasilkan perbedaan pada hasil siswa. Performance goals akan menghasilkan siswa dengan ciri-ciri seperti memiliki kognitif yang rendah, cepat menyerah, dan membandingkan diri dengan orang lain. Sedangkan mastery goals memiliki ciri-ciri siswa seperti siswa akan fokus pada kemajuan dirinya, mampu berpikir kritis, dan mampu menghadapi tantangan.

Dilihat dari tujuannya, terdapat tiga tujuan utama melakukan asesmen dalam pembelajaran yakni asesmen diagnostik (diagnostic assessment), asesmen formatif (formative assessment), dan asesmen sumatif (summative assessment).

1. Asesmen diagnostik (diagnostic assessment)

Asesmen ini dilakukan di awal atau permulaan pembelajaran, biasanya dilakukan di minggu pertama kelas. Asesmen ini dilakukan untuk melihat kesiapan dan minat siswa, serta menjadi landasan diferensiasi yang adil bagi siswa. Dalam asesmen ini, guru dapat melakukan identifikasi kebutuhan siswa melalui beberapa pertanyaan atau angket.

2. Asesmen formatif (formative assessment)

Asesmen ini dilakukan saat pembelajaran berlangsung yang bertujuan untuk memonitor dan memberikan umpan balik untuk siswa. Asesmen ini dapat dilakukan dengan cara observasi kelas, menggunakan quiz formatif, dan memberikan pekerjaan rumah untuk membantu siswa memahami materi pembelajaran lebih dalam sebelum dinilai sumatif.

Key point: quiz formatif adalah kuis yang bertujuan untuk memantau perkembangan siswa sehingga jika ditemukan kelemahan siswa dalam proses pembelajaran maka guru dapat memberikan umpan balik yang membangun.

3. Asesmen sumatif (summative assessment)

Asesmen ini dilakukan di akhir priode pembelajaran seperti akhir semester atau akhir tahun yang bertujuan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran secara keseluruhan. Asesmen ini biasanya terstruktur, dapat berupa portofolio, proyek akhir, demonstrasi keterampilan, ujian lisan, dan tes tertulis.

Dalam melakukan asesmen, terdapat dua etika asesmen yang perlu diperhatikan yakni jangan menyakiti (do no harm) dan hindari polusi skor (avoid score pollution).

1. Jangan menyakiti (do no harm)

Salah satu etika melakukan asesmen pembelajaran adalah tidak boleh menyakiti siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan menghindari praktik yang dapat melukai perasaan siswa dan menghilangkan kepercayaan diri siswa. Contohnya seperti memberikan soal yang tidak sesuai dengan yang diajarkan atau membagikan nilai jelek siswa di depan kelas.

2. Hindari polusi skor (avoid score pollution)

Etika dalam asesmen juga perlu untuk menghindari polusi skor yakni menilai secara subjektif, memberikan nilai diluar dari faktor akademik, dan mengurangi skor karena bias personal.

Teknik asesmen modern

Saat ini, teknik asesmen pendidikan diarahkan untuk tujuan penguasaan (mastery goals).  Untuk dapat menumbuhkan mastery goals melalui asesmen dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti; 1) tugas yang beragam, bermakna, dan menantang; 2) menumbuhkan partisipasi siswa dalam pengambilan keputusan; dan 3) fokus pada kemajuan siswa dari waktu ke waktu.

1. Tugas yang beragam, bermakna, dan menantang

Pemberian tugas yang beragam dan bermakna maksudnya adalah memberikan tugas yang relevan dengan kehidupan dan minat siswa. Sedangkan tugas yang menantang adalah tugas yang dapat mendorong siswa berpikir kritis sehingga mengarah pada orientasi tujuan penguasaan (mastery goals).

2. Partisipasi siswa dalam pengambilan keputusan

Partisipasi siswa dapat berupa pelibatan siswa dalam merancang rubrik pembelajaran, penilaian diri siswa, dan penilaian sejawat.

3. Kemajuan siswa dari waktu ke waktu

Untuk melihat kemajuan siswa, dapat menggunakan asesmen dengan cara melihat grafik progres, menanamkan optimisme pada siswa, dan menormalisasikan kesalahan dalam belajar sebagai bagian pembelajaran.


Pengalaman penulis terkait asesmen

Berdasarkan bacaan ini, ada tiga hal kunci yang saya soroti. Pertama, perbedaan antara performance goals dan mastery goals serta dampak yang ditimbulkan pada motivasi belajar siswa. Sering kali cara traditional seperti ranking nilai membentuk asumsi bahwa tugas itu bentuk menghakimi siapa yang pintar dan tidak sehingga mengarah pada performance goals. Hal ini mengakibatkan siswa yang tidak di posisi puncak merasa tidak baik dalam belajar bahkan menarik diri dari keterlibatan proses belajar. Sebaliknya, mastery goals lebih menekankan pada pemahaman dan kemampuan siswa sebenarnya dapat ditingkatkan. Menurut saya, dengan mengganti "sorting"/"performance" menjadi "mastery", kita dapat melihat potensi siswa melalui tugas bermakna, umpan balik, dan kesempatan memperbaiki. Terutama pada poin kesempatan memperbaiki, ini menjadi hal yang penting karena bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa sehingga tidak merasa tertinggal jika terdapat kesalahan. Ini sebagaimana pengalaman saya mengajar di perguruan tinggi, dengan karakteristik mahasiswa yang beragam sehingga kesempatan memperbaiki ini dapat memfasilitasi mahasiswa yang membutuhkan pemahaman dengan beberapa kali evaluasi. Hasilnya, mahasiswa yang sebelumnya "tidak terlihat" mulai berani terlibat dan menunjukkan kemajuan belajarnya. 

Kedua, strategi kunci untuk menumbuhkan mastery goals adalah tugas yang beragam-bermakna-menantang, partisipasi siswa, dan progres siswa. Menurut saya, ketiga hal tersebut penting, terutama poin partisipasi siswa. Dalam pembelajaran yang saya lakukan, penilaian belajar tidak hanya datang dari saya tetapi juga berasal dari penilaian sejawat antar mahasiswa sehingga saya memiliki penilaian yang lebih holistik. 

Ketiga, hal penting lainnya adalah siklus asesmen diagnostik-formatif-sumatif yang jelas dan menghindari score pollution untuk menjaga integritas penilaian. Berdasarkan pengalaman saya, saya ternyata lebih fokus pada asesmen formatif dan sumatif. Dengan demikain, kedepan, saya akan menekankan siklus asesmen yang lebih jelas terutama penekanan pada asesmen diagnostik untuk melihat pengetahuan mahasiswa di awal. Ini dilakukan untuk merancang diferensiasi sesuai kebutuhan mahasiswa.


Referensi

Green, S., & Johnson, R. L. (2009). Why is assessment essential? In Assessment is Essential. United Kingdom: McGraw-Hill Education, pp. 9 - 37.

0 komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya ^^

View My Stats