Jika ada pertanyaan "untuk apa asesmen digunakan dalam pembelajaran?", mungkin diantara kita secara singkat akan menjawab "untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa", atau mungkin ada jawaban lain boleh ditulis di kolom komentar ya. Pertanyaan ini lah yang akan menjadi fokus pembahasan kita di postingan kali ini. Pada pembahasan kali ini, kita akan menggunakan bukunya Murchan dan Shiel (2017, pp. 1-12) yang membahas tentang asesmen dalam pendidikan. Beberapa hal yang akan dibahas yaitu:
1. Peran asesmen dalam pembelajaran
2. Prinsip-prinsip dalam asesmen
3. Pemangku kepentingan dalam asesmen
Dalam bukunya, Murchan dan Shiel (2017) menekankan bahwa hasil asesmen bukan hanya sekedar hasil siswa tetapi juga informasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi dan merencanakan pembelajaran. Selain itu, mereka juga menjelaskan bahwa asesmen perlu melibatkan pemangku kepentingan sebagai proses kolaboratif untuk menghasilkan asesmen yang bermakna (Murchan & Shiel, 2017). Dari buku ini, kita akan mempelajari tentang bagaimana peran asesmen dalam pembelajaran, keselarasan antara tujuan dan asesmen, prinsip-prinsip dalam asesmen, dan mengenali siapa saja para pemangku kepentingan yang membutuhkan informasi hasil asesmen.
1. Peran asesmen dalam pembelajaran
Asesmen memiliki peran yang mutifaset karena asesmen berperan di ruang kelas dan juga sebagai pemasok informasi. Peran utamanya memang ada di ruang kelas untuk digunakan guru dalam memonitor perkembangan hingga kesulitan yang dialami siswa, dan ini dilakukan secara berkelanjutan hingga perkembangan siswa terlihat. Saat ini, peran asesmen tidak hanya sebagai assessment of learning (asesmen periodik) namun sudah beralih ke assessment for learning (asesmen rutin). Assessment for learning diimplementasikan dalam pembelajaran sehari-hari bertujuan untuk pemantauan secara rutin dan dapat memberikan tindakan atau umpan balik sesegera mungkin oleh guru. Hal ini dilakukan karena siswa membutuhkan informasi mengenai kemajuan belajar mereka sehingga mereka dapat memahami kemampuan mereka dalam belajar. Berdasarkan hal tersebut, pentingnya keselarasan antara tujuan dan asesmen, ini menjelaskan bahwa jika penilaian dilakukan dengan konsisten maka ini dapat membantu guru untuk memonitor belajar dan perkembangan siswa sehingga jika siswa tidak berkembang sesuai dengan tujuan pembelajaran maka guru dapat mengambil langkah korektif.
Dampak yang terjadi jika guru menggunakan assessment for learning atau asesmen rutin adalah siswa dapat mengetahui kemajuan atau kekurangan mereka dalam belajar, siswa dapat mengatur dan menyesuaikan cara mereka belajar, dan siswa dapat memotivasi dirinya dalam belajar. Selain peran di ruang kelas, asesmen berperan sebagai pemasok informasi bagi pengguna informasi hasil asesmen. Informasi ini berguna untuk guru dalam merencanakan pembelajaran di masa yang akan datang, dan berguna untuk pihak lain yang berkepentingan untuk menggunakan hasil asesmen siswa.
Jika merujuk pada bukunya Murchan dan Shiel (2017), mereka menjelaskan bahwa asesmen tidak hanya datang dari guru saja melainkan ini adalah aktivitas kolaboratif sehingga dibutuhkan peran penting lain untuk ambil bagian dalam proses asesmen. Sebagaimana mereka mengatakan bahwa manusia itu kompleks sehingga membutuhkan kolaborasi lintas peran untuk mendapatkan hasil asesmen yang adil dan menjangkau seluruhnya (Murchan & Shiel, 2017).
Diskusi: Setelah membaca paragraf akhir, saya berpikir bahwa asesmen kolaboratif ini bagus tetapi ini memiliki tantangan yang berat. Saya memiliki pertanyaan, bagaimana kita bisa mengumpulkan berbagai perspektif dan asesmen dari pemangku kepentingan untuk dikumpulkan menjadi satu asesmen yang adil? lalu bagaimana subjektivitas asesmennya?.
Jika melihat konteks sekolah di Indonesia, sepertinya bentuk asesmen kolaboratif ini jarang terjadi kecuali jenjang SMK (hasil dari praktik kerja lapangan) atau bahkan mungkin pemahaman ini belum sampai ke seluruh pendidik. Pertanyaan selanjutnya, apakah asesmen kolaboratif ini efektif diimplementasikan dalam konteks pendidikan di Indonesia? hmm sepertinya butuh penelitian lebih lanjut untuk tau jawabannya ya.
2. Prinsip-prinsip dalam asesmen
Asesmen secara umum dilakukan untuk meningkatkan pembelajaran siswa dan mengetahui apa saja yang telah dipelajari siswa (Murchan & Shiel, 2017), dan memahami kesulitan yang dialami siswa. Sedangkan berdasarkan tujuannya, asesmen terdiri dari diagnostik, formatif, dan sumatif (pembahasan lengkap ketiga asesmen ini ada di postingan sebelumnya). Berdasarkan hal tersebut, pentingnya keselarasan antara tujuan dan asesmen. ini menjelaskan bahwa jika penilaian dilakukan dengan konsisten maka ini dapat membantu guru untuk memonitor belajar dan perkembangan siswa sehingga jika siswa tidak berkembang sesuai dengan tujuan pembelajaran maka guru dapat mengambil langkah korektif.
Selain itu, Murchan dan Shiel (2017) menjelaskan terdapat 8 prinsip yang menuntun konseptualisasi, pengembangan, dan pelaksanaan asesmen, yaitu:
1. Asesmen harus mendukung dan mencerminkan konseptualisasi belajar. Maksudnya adalah asesmen perlu menggambarkan bagaimana pembelajaran yang seharusnya sesuai dengan siswa untuk mencapai hasil yang maksimal
2. Tujuan asesmen itu beragam, ada yang tujuannya langsung untuk siswa dan guru, ada juga untuk pemangku kepentingan lain
3. Fundamental asesmen adalah untuk mendukung pertumbuhan siswa dan masyarakat sehingga dibutuhkan sistem pengawasan, kebijakan, prosedur dan praktik yang etis dan adil
4. Kompleksitas manusia menjadikan asesmen memerlukan berbagai peran untuk menciptakan asesmen yang realistis
5. Implementasi asesmen berbasis teknologi digital harus sejalan dengan transformasi digital di pembelajaran
6. Sistem pendidikan mempelajari berbagai bidang namun tetap memprioritaskan area spesifik seperti literasi, numerasi, dan science. Hal ini membutuhkan keseimbangan dalam apa dan bagaimana melakukan asesmen
7. Pendekatan dan alat asesmen terus berkembang sehingga dibutuhkan orang yang kompeten terutama guru untuk mendapatkan hasil asesmen yang akurat
8. Asesmen dapat digunakan sebagai bukti karena asesmen berfungsi sebagai penyuplai informasi untuk kebijakan dan praktik berbasis bukti.
3. Siapa saja pemangku kepentingan yang membutuhkan informasi hasil asesmen
Secara umum, kita memahami bahwa pengguna hasil asesmen adalah guru, siswa, dan orang tua. Dalam bukunya, Murchan dan Shiel (2017) menjelaskan bahwa terdapat pemangku kepentingan lain yang memerlukan informasi tentang hasil asesmen siswa. Adapun pengguna dan tujuannya menggunakan hasil asesmen adalah:
1. Untuk mendukung pembelajaran: guru, siswa, orang tua, sekolah, dan layanan dukungan siswa (psikolog)
2. Untuk penjaminan mutu: dinas pendidikan (otoritas lokal), pembuat kebijakan, kementerian pendidikan, dan masyarakat
3. Untuk pengembang kebijakan: pembuat kebijakan, peneliti, dan wakil rakyat
4. Untuk seleksi dan lainnya: perguruan tinggi, pemberi kerja, pengembang tes, dan penerbit
Berdasarkan pembahasan ini, Murchan dan Shiel (2017) merekomendasikan untuk membaca bacaan lebih lanjut pada artikelnya Newton (2007) untuk memperjelas tujuan asesmen pada tiga level yakni penilaian, keputusan, dan dampak, serta memetakan peran guru dalam proses asesmen. Newton (2007) memperjelas bahwa keselarasan antara tujuan dan asesmen sangat krusial sebab ini dapat memastikan penilaian tepat, keputusan yang akurat, dan dampak yang positif pada motivasi belajar siswa dan kualitas pembelajaran.
Referensi
Murchan, D., & Shiel, G. (2017). Assessment in education. In Understanding and Applying Assessment in Education. United Kingdom: SAGE Publications. pp 1-12.
Newton, P. E. (2007). Clarifying the purposes of educational assessment. Assessment in education, 14(2), 149-170.
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya ^^