Hi all, so dalam pembahasan kali ini, kita akan menggunakan artikelnya Conley (2015) yang berjudul "A new era for educational assessment". Artikel ini mendorong kita untuk menggunakan asesmen era baru untuk mendorong perkembangan siswa terutama dalam kesiapan siswa dalam menghadapi kesiapan kuliah atau karier/kerja.
Awalnya asesmen siswa bergantung pada tes pilihan ganda namun mulai beralih ke sistem asesmen yang multi-ukuran yang bertujuan untuk menilai pembelajaran secara bermakna dan tetap memenuhi kebutuhan akuntabilitas sistem. Conley (2015) menekankan bahwa standar seperti common core tidak lagi terukur jika hanya dengan tes on-demand saja, diperlukan kombinasi untuk menilai penguasaan dan keterampilan secara keseluruhan.
Postingan kali ini akan mengeksplorasi temuan David Conley tentang evolusi asesmen pendidikan. Dari pembahasan ini, kita akan memahami perubahan dan pengaruh yang membentuk praktik asesmen pendidikan, asesmen multi-ukuran, dan mengidentifikasi berbagai pendekatan asesmen.
Perubahan asesmen ke arah asesmen muti-ukuran
Berdasarkan overview awal, fokus pertanyaan kita adalah "Mengapa asesmen perlu berubah?". Mari kita bahas secara komprehensif jawaban dari pertanyaan ini. Ada beberapa hal yang menjadikan asesmen perlu diubah ke arah multi ukuran. Pertama, kelemahan pada tes tradisional, sistem asesmen yang masih menggunakan tes tradisional yang hanya fokus pada reliabilitas (kemampuan untuk mengukur hal yang sama secara konsisten) daripada validitas (kemampuan untuk mengukur hal yang tepat) sehingga tes tradisional hanya mengukur potongan pengetahuan/keterampilan secara terpisah bukan pemahaman konseptual dan penerapan konteks nyata. Kedua, adanya kepenatan publik, guru dan orang tua sudah penat dengan praktik tes tradisional karena hasilnya belum tentu mencerminkan peningkatan pembelajaran siswa. Ketiga, evidensi baru, hasil riset menunjukkan bahwa kesiapan kuliah/karier menuntut tidak hanya berfokus pada asesmen yang mengukur literasi-numerasi saja, namun menuntut asesmen yang mencangkup keterampilan belajar, strategi kognitif, dan penerapan lintas disiplin.
Dalam artikelnya, Conley (2015) merumuskan empat kunci utama yang dapat diajarkan, dipelajari, dan dinilai untuk kesiapan siswa terutama untuk kesiapan kuliah atau karier. Keempat kunci ini adalah kerangka yang merumuskan apa saja yang dibutuhkan oleh siswa.
1. Key cognitive strategies, merupakan keterampilan berpikir untuk belajar dan memahami lebih dalam dan mampu menghubungkan konsep lintas mata pelajaran. Contohnya, mampu merumuskan masalah dan merencanakan solusinya.
2. Key content knowledge, merupakan ide dan konsep pengorganisasi suatu disiplin serta sikap positif terhadap belajar (fokus pada konten). Maksudnya adalah mengerti konsep inti dari pembelajaran. Contohnya, dalam matematika, mengerti fungsi dan pertumbuhan eksponensial.
3. Key learning skills and techniques, adalah kepemilikan belajar atau kebiasaan yang mendorong siswa untuk mandiri dan tangguh, serta memiliki strategi belajar praktis. Siswa perlu memiliki motivasi, tujuan, regulasi diri, metakognisi, dan persistensi. Selain itu, siswa juga perlu memiliki teknik belajar sendiri seperti catatan, menggunakan teknologi, dan strategi belajar.
4. Key transition knowledge and skills, adalah pengetahuan dan kemampuan untuk bertransisi ke perguruan tinggi atau bekerja. Pengetahuan dan kemampuan tersebut mencangkup aspirasi, pemilihan kampus, aplikasi dan sumber daya, dan kemampuan advokasi diri. Contohnya, mampu merumuskan aspirasi pendidikan atau karier dan menemukan kecocokan program yang akan dipilih.
Key point: Untuk mendorong perkembangan siswa dan kesiapan siswa ke jenjang perkuliahan atau siap untuk bekerja, fokusnya jangan hanya pada nilai dan hafalan konten, tetapi termasuk cara berpikir, kebiasaan belajar, dan keterampilan transisi ke pendidikan tinggi atau dunia kerja. Intinya, keempat kunci ini membentuk kerangka yang saling melengkapi, dimana konten memberikan bahan belajar, strategi kognitif mendorong siswa untuk berpikir secara mendalam, keterampilan belajar menjaga prosesnya agar efektif, dan pengetahuan transisi memastikan siswa yakin dengan pilihannya dan mampu bertahan di lingkungan kampus atau dunia kerja.
Pendekatan-pendekatan dalam asesmen
Conley (2015) memberikan kotinum pendekatan asesmen yang dapat digunakan. Ia juga menyarankan untuk menggunakan sistem yang menggabungkan beberapa pendekatan asesmen. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah:
1. Tes pilihan ganda tradisional. Tes ini reliabel dan saat ini sudah ada versi yang adaptif dengan menggunakan komputer untuk hasil yang lebih efisien dan presisi, namun tetap terdapat keterbatasan karna hanya berupa butiran soal.
2. Tes common core. Tes ini dilakukan untuk mengukur apakah siswa dapat mencapai standar yang ditetapkan. Namun, tes ini hanya mengukur standar di level tertentu saja sebab standar saat ini sudah menuntut siswa memiliki kemampuan sintesis, riset, pemodelan, dan kolaborasi.
3. Tugas kinerja (performance tasks). Tugas-tugas yang berupa aktivitas beberapa jam atau minggu untuk menyelesaikannya.
4. Project-centered assessment. Ini merupakan proyek jangka panjang siswa dengan menghasilkan produk atau presentasi.
5. Collections of evidence (portofolio). Ini merupakan kumpulan bukti (karya/kegiatan/keterampilan) yang dilakukan oleh siswa.
Key point: Dari artikel Conley ini, ia mengarahkan agar asesmen dapat seperti "diagnostik medis" sehingga asesmen dilakukan secara menyeluruh, memberikan informasi kaya tentang penyebab dan solusi perbaikan, tidak hanya mengumpulkan gejala tetapi disertakan dengan dukungan yang tepat.
Referensi
Conley, D. (2015). A new era for educational assessment. Education Policy Analysis Archives, 23(8), 1-41. http://dx.doi.org/10.14507/epaa.v23.1983
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya ^^